Selasa, 24 Maret 2009

Berkoperasi Secara On line, Mungkinkah?

Pembaca yang terhormat,
Era digital sekarang ini nampaknya dapat mempersatukan kita, tanpa batas wilayah dan tempat.
Kalau berkoperasi secara ofline, saya pikir tdk masalah. Sudah sejak ratusan tahun lalu diterapkan di berbagai negara.
Tetapi kalau berkoperasi secara online, apakah Anda mau dan setuju.
Bagaimana bentuknya dan pengaturannya, saya pikir dapat kita diskusikan.
Saya memiliki banyak ide untuk itu, sesuai dengan pengalaman saya berkoperasi secara ofline 11 tahun terakhir ini.
Kalau Anda punya ide, kirimkan komentar dan saran Anda.
Hasben.

Senin, 16 Maret 2009

Haruskah Kemiskinan Kita Wariskan Lagi?

Krisis Global tahun lalu, akan terasa di republik ini pertengahan tahun ini. Sekarang masa kampanye untuk caleg DPR Pusat, Tingkat I dan II serta DPD, dampak krisis global belum masuk ke persendian seluruh lapisan rakyat. Tetapi, 3 bulan ke depan paling sedikit hingga akhir tahun ini, dampak itu akan terasa.
Lalu, para caleg yang tidak terpilih-- yang tidak memiliki kursi di 'singga sana' DPR-D dan DPD akan menghitung alur kasnya, serta menumpahkan kejengkelan kepada tim sukses yang seakan pasti para "caleg" itu akan duduk terhormat?

Kelesuan ekonomi dan semangat hidup pasti akan terasa mendera. Bagi kita yang tidak terkait dengan pencalegan hanya terkena dampak. Sahabat kita si miskin, akan semakin melorotlah kemiskinannya, mereka akan menangis melihat "orang-orang penting" yang duduk di legislatif ber-soal jawab tentang fasilitas dan tunjangan yang diperebutkan atas nama Fraksi (bukan atas nama rakyat). Adu argumentasi dengan eksekutif soal budget yang seakan tidak fair.

Sementara kaum swasta dan para pengusaha masih pusing dengan keterpurukan nilai ekspor yang jauh menurun. Seperti yang dilaporkan Menkeu, Sri Mulyani Indrawaty Januari lalu, nilai ekspor menurun hanya US $ 5,5 miliar dari normal US $ 11-12 miliar.

Oleh karena itu, bagi kita yang peduli untuk nasib bangsa ini ke depan sebaiknya berbuat sekecil apapun, ibarat menyalakan sebuah lilin dalam kegelapan. Bukan mengutuki kegelapan itu. Mungkinkah rakyat bisa mendapat "terang" di tengah gonjang ganjing ekonomi dan politik saat ini? Haruskah kita hanya sekedar berteori dan ngotot dari depan mimbar?
Ataukah kita mau turun, berbicara langsung, duduk atau hidup merasakan kemiskinan si miskin itu?
Kalau pengangguran yang semula 7,44% dari 107 juta tenaga kerja meningkat menjadi 8,34% yang artinya bertambah jumlah penganggur 9,6 juta orang dikali 3 orang rata-rata yang dibiayai, maka 28,8 juta orang harus merintih akibat keterpurukan ekonomi. Apakah kita masih tega berpesta pora kemenangan, bagi para eksekutif dan legislatif yang menang tersebut?

Atau atas nama rakyat, kita hanya menyusun proposal yang berjibun, sementara rakyat hanya menerima tetesan air ibarat atap rumah yang bocor?
Maka bagi para pemimpin, eksekutif dan legislatif atau pun para artis, jangan tega menikmati kekayaan di atas penderitaan orang lain. Jangan Anda tertawa di antara orang yang menangis bersedu. Simpanlah tawamu, buat menolong yang miskin agar suatu saat mereka mampu tersenyum, ketika Anda tertawa.
Salam... Mari kita peduli terhadap rakyat miskin.
Osben S.